Selasa, 21 Juni 2011

Sistem Sertifikasi Guru Harus Jamin Pemerataan


Indra Akuntono | Inggried | Rabu, 22 Juni 2011 | 08:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengatakan, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) harus berkonsentrasi penuh untuk meningkatkan kualitas guru yang akan disertifikasi. Menurutnya, dana Rp 70 triliun yang digelontorkan pemerintah untuk meningkatkan profesionalitas guru melalui sertifikasi harus diimbangi dengan suatu sistem yang telah dianalisa dan dievaluasi.

"Jika guru saat ini dianggap memble, berarti disitu tanggungjawab kita untuk memikirkan apa persoalan yang mereka hadapi dan dimana harus ada penguatan. Bagaimana cara mereka agar bisa meningkatkan kualitas, bukan hanya kompetensinya, tetapi juga motivasi dan kesejahteraannya," kata Hetifah kepada Kompas.com, Selasa (21/6/2011) malam, di Gedung DPR RI, Jakarta.

Dengan anggaran sebesar itu, sambungnya, menunjukkan bahwa pemerintah sangat berkomitmen bahwa guru merupakan salah satu komponen yang paling penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ia berharap, pemerintah dapat memberikan perhatian secara khusus kepada guru-guru di daerah.

"Memang banyak kritikan. Banyaknya anggaran untuk guru seolah-olah tidak diimbangi dengan peningkatan yang pesat. Bahkan mungkin sebaliknya, ketika mereka mendapatkan sertifikasi dengan insentif yang cukup, ternyata malah membuat mereka tidak konsentrasi karena motivasinya ke arah insentif. Namun belum ada satu kajian mengenai hal itu, apakah memang berbanding terbalik. Tetapi yang harus dijaga adalah pemerataan sertifikasi tersebut, jangan sampai hanya sebagian guru saja yang tersentuh," ujarnya.

Ia menegaskan, suatu kebijakan itu harus terus dievaluasi. Karena jika suatu kebijakan itu efeknya berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan, berarti ada sesuatu yang salah dari kebijakan tersebut.

"Maksudnya, yang salah mungkin cara kita memberikan insentif dan itu harus diubah. Apakah ada model yang lebih baik dari portofolio? Dilakukan secara berkelanjutan yang mana sertifikasi baru akan diberikan nanti setelah proses itu diikuti. Karena setiap kebijakan itu tidak pernah sempurna, yang penting kita mau mengevaluasinya. Jangan kita puas terhadap suatu kebijakan kemudian kita menyalahkan objek yang diaturnya," katanya.

Saat membuka Kongres I Ikatan Guru Indonesia, kemarin, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal menyampaikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan profesionalitas guru Indonesia. Komitmen pemerintah ditunjukkan dengan memberikan Rp 70 triliun hingga 2016 untuk membiayai peningkatan profesionalitas guru melalui sertifikasi.

Selasa, 14 Juni 2011

Korban Gempa Tapanuli Utara Kekurangan Makanan



Headline News / Nusantara / Rabu, 15 Juni 2011 10:18 WIB

Metrotvnews.com, Medan: Korban gempa bumi di Tapanuli Utara, membutuhkan bantuan makanan dan susu bagi balita. Karena hingga sehari setelah gempa, para korban masih berusaha mencukupi kebutuhan mereka sendiri.

Dan kini para korban gempa mulai khawatir akan terjadi kekurangan makanan. Warga berharap pemerintah daerah setempat secepatnya menurunkan bantuan tambahan makanan yang lebih memadai. Para korban gempa beru menerima beberapa kotak bantuan mi instan dari kecamatan setempat.

Warga sejak semalam juga bertahan di tenda pengungsian darurat serta didepan rumah masing-masing. Hal itu dilakukan karena mereka khawatir akan terjadi gempa susulan.

Gempa di Tapanuli Utara, terutama di kawasan Pahae dan Kecamatan Sarula, menyebabkan sekitar 167 rumah warga rumah rusak dan 70 diantaranya rusak berat. Kerusakan parah terjadi di Desa Nahormok Marsada, dimana sekitar 30 rumah rusak berat. Sejumlah sekolah juga rusa akibat bencana itu.

Gempa juga menyebabkan longsor di sejumlah titik. Akibatnay jalur lintas Sumatera di kawasan Tapanuli Utara sempat terputus. Namun kini jalur tersebut telah dibersihkan.

Dua Gempa berkekuatan 5,5 skala richter kemarin mengguncang kawasan Tapanuli Utara. Warga menyatakan, getaran gempa kedua kalinya yang menyebabkan kerusakan parah.

Sabtu, 11 Juni 2011

KEHIDUPAN REMAJA

Menurut saya pribadi kehidupan adalah sebuah sturktur yang dimana struktur tersebut ada sebuah ketergantungan dan tali penyambung satu sama lain yakni antara komponen biotik dan abiotik.Dan didalam kehidupan memiliki banyak sekali potret-potret kegiatan yang berlangsung dengan berbagai macam bentuk seperti hal nya, atar pembeli dan penjual yang dimana jika tidak ada seorang penjual maka seorang pembeli juga akan merasa bingung untuk bisa memenuhi kebutuhannya.Dan ketergantungan antara sawah dengan air,jadi jika tidak ada air maka padi dan tumbuhan lain yang hidup di sawah tidak akan hidup makmur dan menghasilkan hasil. Kemudian seperti sebuah masalah yang harus diselesaikan agar tidak menimbulkan kesalah fahaman antar individu. Itulah beberapa kecil contoh yang dapat disimpulkan dari sebuah arti kehidupan. Dan di sinilah arti sesungguhnya dari sebuah kehidupan yaitu tak dapat melangsungkan hidupnya tanpa ada orang atau pihak lain di sekitarnya. Jadi,selama kita menjadi manusia sosial maka disnilah kita membutuhkan pihak lain karna manusia tidak dapat hidup sendiri. Di muka bumi ini.

Sedangkan remaja, remaja adalah peralihan seseorang dari masa anak-anak menjadi dewasa. Dan di masa inilah banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri seseorang remaja, mulai dari perubahn fisik dan perubahan psikologi. Ada beberapa contoh yang di rasakan remaja pada perubahan fisiknya seperti: tumbuhnya jakun, membesarnya suara,membesarnya pinggul, membesarnya payudara dan lain sebagainya. Sedangkan perubahan psikolog adalah seseorang menjadi dewasa, dan perubahan sifat seperti : menjadi lebih menjadi pendiam, semakin nakal, dan beberapa perubahan lainnya. Itulah beberapa contoh yang umum di rasakan oleh setiap remaja. Namun ada juga remaja yang tidak dapat merasakan perubahan pada dirinya. Karena ada beberapa faktor yang menghalangi, salah satunya adalah pertumbuhan yang tidak seimbang antara otok / psikolog dan postur tubuh lainnya.

Dan saat ini dunia remaja khusunya di Indonesia dipenuhi dengan warna warni senyum, canda,tawa,kebahagiaan,jerit,sedih,tangis bahagia,dan tangis kesedihan.Dan berbagi masalah yang tak unjung berhenti dan pertikain tak kunjung usai selalu menghiasi lintas peristiwa remaja.

Banyak faktor yang selalu mewarnai kehidupan remaja. Dan salah satu kasus dari beberapa kasus yang kini menyelimuti dunia remaja di beberapa negara khusunya negara kita tercinta, yakni negara Indonesia adalah pergaulan bebas, kehidupan yang suram dan dunia pendidikan yang semrawut. Kini banyak remaja yang hanya memikirkan kebebasan, kenikmatan dan kebahagiaan sesaat, tanpa memikirkan orang tua yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun mereka sama sekali tidak memikirkan dengan apa yang telah orang tua mereka berikan. Mereka juga tidak memikirkan masa depan mereka. Padahal dalam sesuatu pepatah mengatakan “ KENIKMATAN SESAAT HANYALAH KENIKAMATAN SESAAT ”. Namun zaman sekarang jarang ada remaja yang memikirkan masa depan mereka dan hanya memikirkan kebahagiaan tanpa memikirkan hal positive dan berguna bagi hidupnya. Dan sedikit banyak remaja melakukan itu semua hanya untuk pelampiasan sebuah permasalahan yang tak kunjung menemukan titik temu yang pasti.

Selain itu, kenakalan remaja yang tak pernah sepi dari seputar roda kehidupan dunia adalah penggunaan HIV AIDS yang terlalu berlebihan, dan semua perilaku itu berawal dari perasaan penasaran dan akhirnya mereka melakukan coba-coba. Survei membuktikan bahwa penguunaan NARKOBA berawal dari penggunaan rokok. Kemudian coba-coba mnggunakan atau bahasa trennya adala “menjajal” dan kemudian berakhir dengan hasil kecanduan yang sulit untuk berhenti agar tidak menggunakan NARKOBA,ROKOK, dan sebagainya.Dan setiap remaja mempunyai alasan yang berbeda-beda dalam penggunaan NARKOBA dan ROKOK salah satunya adalah untuk menghilangkan stres dan kenikmatan sesaat, dan lain lagi. Namun apakah alasan itu tepat dan benar ?. Bukankah semua itu hanya menambah masalah dan semakin memburuknya dunia pendidikan ?. Entahlah zaman sekarang dunia rasa seperti terbalik arah. Banyak kerusakan pada sifat dari diri anak, dan kerusakan generasi yang tak kunjung membaik.

Tidak hanya faktor itu saja yang membuat sebagian remaja melakukan kenakalan,yakni lingkungan yang tidak mendukung dan tidak mendidik untuk dipergunakan hidup atau bermukim bagi seorang remaja.Seperti hal nya seorang remaja yang tinggal bersama para pemabuk-pemabuk, dan para perusak-perusak ketenangan di dalam dunia kehidupan.Karena dunia remaja sangatlah berbeda dengan dunia para perusak ketenangan.Dan jika seorang remaja tinggal bersama mereka tidak akan menciptakan generasi yang baik di masa depan, namun malah semakin memperburuk generasi-generasi yang akan datang.Karena kehidupan para perusak dan brutak akan di contoh dan di anut oleh anak-anak dan para remaja lain. Padahal bukankah remaja-remaja itu yang akan menjadi pewaris pada masa yang kan datang ?. Namun di sini,seperti halnya di Indonesia tidak ada sedikit kesadaran dari pihak para remaja dan pemerintah. Jadi hasilnya adalah remaja-remaja itu semakin memburuk dan tidak jelas masa depan yang akan di capai nantinya.

Faktor selanjutnya adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang-orang di sekitar mereka khususnya orang tua.Karena banyak dari sebagian remaja yang melakukan kenakalan akibat dari orang tua yang tidak memperhatikan kehidupan mereka seperti anak-anak yang menjadi korban percerain orang tua dan berakibat fatal pada berkembangan kehidupan mereka khususnya perkembangan psikologis seorang anak,seperti kenakalan-kenakalan yang telah di sebutkan tadi, bahkan yang lebih diperhatikan adalah batin anak yang selalu berubah ubah ketika ada faktor lain dari dirinya dan sulit untuk di baca dari orang yang ada di sekitarnya.Lebih lagi kepada anak yang keluarganya telah bercerai atau bahasa umumnya broken home karena, disaat mereka melihat teman mereka memiliki keluarga yang harmonis dan utuh maka rasa iri itu akan datang dan hati mereka terkadang menjerit karena mereka merasa tidak memiliki siapa-siapa akibat keluarga yang tak utuh kembali.Dan di dalam lubuk hati mereka, terkadang mereka menginginkan dan merindukan kasih sayang yang dulu ada dan lengkap di saat mereka masih bersama. Namun apa daya banyak orang tua yang tidak mengetahui apa yang anak mereka rasakan. Dan semua itu terlalu pahit untuk dikenang dan di rasakan.Dan disinilah letak kewajiban dari orang tua yang harus dilakukan oleh semua orang tua.

Selain orang tua,seharusnya pemerintah juga harus menyelesaikan hal ini, karena jika tetap terus di biarkan maka generasi muda yang handal dan lebih, yang kita harapkan akan menjadi sebuah mimpi di angan kita yang entah sampai kapan kan terwujud.Banyak cara yang dapat di lakukan oleh pemerintah sperti membuat rumah rehabilitasi yang di tujukan kepada semua anak dan remaja Indonesia yang telah melakukan kenakalan remaja agar negara kita dapat menciptakan generasi-generasi yang bisa dan mampu untuk memegang pemerintahan dan mengendalikan negara agar negara Indonesia ini lebih maju. Dan mengadakan rahasia ke jalan-jalan raya dan tempat dimana mereka sering berada seperti kolong jembatan, di bawah jalan tol dan lain sebagainya. Dan setelah itu wakil dari pegawai pamerintahan yang mengurusi bidang tersebut dan SATPOL PP segera membawa anak-anak dan para remaja ke tempat rehabilitasi itu. Sehingga para remaja dan anak-anak yang berada di jalanan semakin berkurang dan akhirnya tidak ada lagi para remaja yang mewarnai dengan tinta hitam tentang dunia remaja.

Kemudian, pemerintah atau lembaga-lembaga lain dapat melakukan sosialisasi kepada para remaja dan para orang tua, agar selain remaja-remaja itu sadar dengan apa yang telah mereka lakukan maka diharapkan kepada seluruh para remaja Indonesia dan generasi muda lainnya dapat menjadi penerus bangsa yang baik dan dapat membuat negara Indonesia menjadi negara yang lebih maju.

Dan hal lain yang dapat dilakukan kembali adalah dakwah melewati sekolah-sekolah atau media cetak yang biasa di baca oleh para remaja.Maka dari itu sedikit demi sedikit InsyaAllah hati para remaja akan terbuka dan para remaja Indonesiapun menjadi remaja yang dapat di contoh.Jadi, negara Indonesia di dunia luar tidakhanya terkenal dengan berbagia juta berita korupsi namun juga terkenal remaja-remaja yang mempunyai akhlaqul karimah dan IPTEK yang begitu mengagumkan di kemudian hari ammin.

Jumat, 10 Juni 2011

Empat Planet Keagungan Allah di Langit Fajar



Ditulis oleh alhabib Pada May - 12 - 2011




Dalam beberapa hari terakhir dan beberapa hari mendatang di bulan Mei 2011 ini, ada sebuah pemandangan indah dan menarik di langit timur. Empat planet dari lima planet yang bisa dilihat dengan mata telanjang berkumpul di ufuk timur, di kala fajar. Keempat planet tersebut adalah Venus, Jupiter, Merkurius dan Mars.

Jika langit cerah, dan ufuk timur tidak terhalang bangunan atau pepohonan, pandanglah ke arah matahari terbit sekitar selepas sholat shubuh. Posisi keempat planet tersebut akan semakin meninggi menjelang terbit matahari, namun cahaya mereka akan semakin redup ditimpa pendaran sinar matahari. Planet Mars yang berada lebih di bawah dekat dengan ufuk akan lebih sulit dilihat.

Posisi keempat planet di pertengahan bulan Mei 2011

Demikianlah tampilan ayat-ayat kauniyah Allah di alam semesta ini. Telah terpampang di depan kita untuk kita tafakuri, kita syukuri dan dijadikan pelajaran agar semakin dekat dengan Allah ta’ala.
Merenungi Keagungan Allah dari Tampilan Planet-planet

Di dalam bahasa Arab, planet disebut sebagai “al kaukab‘ atau jamaknya ‘kawakib‘. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, karangan Achmad Warson Munawwir terbitan Pustaka progressif juga memberikan arti kata ini planet atau bintang. Kata kaukab ditemukan juga di dalam Al Quran, meskipun sering diterjemahkan sebagai bintang saja. Mungkin hal ini disebabkan karena penampilan planet-planet seperti bintang-bintang pada umumnya dalam pandangan mata kita. Kata bahasa arab yang berarti bintang adalah ‘an-najm‘ atau ‘nujum‘.

Berikut adalah ayat-ayat Allah di dalam Al Quran yang mengandung kata kaukab atau kawakib.

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,… An Nuur [24:35]

Di sini disebutkan ada benda bercahaya yang berkilat seperti mutiara. Juga disebutkan ada lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Kalau kita bayangkan bumi kita sebagai planet, ia bentuknya bundar seperti juga mutiara. Seperti planet lainnya, ia hanya bercahaya jika disinari (dinyalakan) oleh sumber cahaya lain. Dan kalau kita bayangkan di dalam perut bumi ada rongga atau lubang yang tak tembus berisi magma yang tidak lain adalah bara api (pelita) yang besar.

Wallahu a’lam bishshowab.

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang… Al An’am [6:76]

Ini adalah penggambaran pencarian tuhan oleh Nabi Ibrahim. Beliau melihat bintang yang amat terang di langit. Bisa jadi ia adalah planet Venus alias bintang kejora yang cahayanya paling terang di antara bintang-bintang lainnya.

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ

ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku”. Yusuf [12:4]

Nabi Yusuf menceritakan mimpinya melihat sebelas bintang bersujud kepadanya. Adakah ini menunjukkan ada sebelas planet di dalam tata surya kita? Ataukah ini hanya kiasan belaka?

وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انتَثَرَتْ

dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,… Al Infithar [82:2]

Ini adalah gambaran Allah tentang hari kiamat. Pada saat itu bintang (planet) akan berhamburan keluar dari orbitnya dan mungkin hancur berkeping-keping karenanya.

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ

Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, Ash Shafat [37:6]

Nah, ayat ini mungkin yang paling cocok dengan pemandangan yang bisa kita lihat di langit timur bulan ini. Sebuah pemandangan indah dengan tampilan bintang-bintang (planet) yang amat cerah yang seolah sedang berkumpul, menari bersama di langit fajar.

Satuan SI Satuan-satuan dasar

Panjang : Meter (m) adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya di ruang vakum dalam waktu 1/299.792.458 sekon

Waktu : sekon (s) adalah waktu yang di perlukan untuk 9.192.631.770 siklus pada radiasi yang berhubungan dengan transisi antara dua tingkat hiperhalus dengan keadaan sadar pada atom 133 Cs

Massa : kilogram (kg) adalah massa pada Standar Internasional untuk bobot dan ukuran yang disimpan di Sevres, prancis

Arus : amper (A) adalah arus pada dua kawat panjang paralel yang terpisah sejauh 1 meter dan menimbulkan gaya magnetik per satuan panjang sebesar 2 X 10-7 N/m

Temperatur : kelvin (K) adalah 1/273,16 dari temperatur termodinamika pada triple point air

Intensitas cahaya : candela (cd) adalah Intensitas cahaya, dalam arah tegak lurus permukaan benda hitam seluas 1/600.000 m2 pada temperatur beku platinum dengan tekanan 1 atm.

Kamis, 09 Juni 2011

“Perlawanan Di Berbagai Derah di Indonesia Dalam Menentang Dominasi Asing”


MAKALAH SEJARAH

Pembimbing : Siti Mutholiah. S.Pd

Madrasah Aliyah Negeri

Tambakberas Jombang

2011

BAB 1

Pendahuluan

Jatuhnya malaka ke tanggan Portugis dianggap merupakan suatu ancaman bagi eksistensi Demak baik secara politik maupun ekonomi. Oleh karena itu, pada tahun 1512 Demak dibawah pimpinan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor berusaha untuk mengusir Portugis dari Malaka. Namun upaya Demak untuk membendung pengaruh portugis belum membawa hasil. Pada tahun 1527 Demak mengirimkan pasukan le wilayah Jawa Barat dibawah pimpinan Fathillah. Tujuannya untuk menggagalkan upaya kerjasama antara Sunda Kelapa dengan Portugis. Pasukan Demak dibawah pimpinan Fatahillah akhirnya berhasil merebut Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi jayakarta.

Bangkitnya rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baab Ullah menentang Portugis disebabkan karena tindakan bangsa Portugis yang sudah melampaui batas. Terlebih lagi setelah “kaki tangan” bangsa Portugis menikam Sultan Hairun, ketika memasuki benteng untuk merayakan perjanjian perdamaian yang disepakatinya. Dengan tewasnya Sultan Hairun maka sejak tahun 1570 rakyat Ternate menghalangi aktivitas bangsa Portugis yang dijalankan dalam benteng. Tahun 1575 Sultan Baab Ullah menawarkan agar Portugis menyerah dan dijamin keselamatannya untuk meninggalkan Ternate. Di Ambon bangsa Portugis mendirikan benteng namun pada tahun 1605 Ambon direbut VOC. Portugis tergusur dan menetap di pulau Timor bagian timur sampai tahun 1976.


Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511. Akibatnya, aktivitas perdagangan para pedagang Islam di Selat Malaka terhenti dan para pedagang Islam mencari jalan sendiri untuk menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang Islam di sebelah barat Indonesia.

Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau, Sumatera Timur, hingga Perak di semenanjung Malaysia.

Aceh merupakan salah satu bangsa di pulau Sumatra yang memiliki tradisi militer, dan pernah menjadi bangsa terkuat di Selat Malaka, yang meliputi wilayah Sumatra dan Semenanjung Melayu, ketika dibawah kekuasaan Iskandar Muda.Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang putri dari Kesultanan Pahang. Putri ini dikenal dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya, Sultan memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit. Oleh karena itu Sultan membangun Gunongan untuk mengubati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.

Pada tahun 1605 Belanda memasuki wilayah Maluku dan mengusir Portugis di Ambon. Tindakan Belanda yang sewenang-wenang mengakibatkan perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC antara lain dipimpin oleh Kakiali, Kapten Hitu, Teluka Besi, Saidi, Sultan Jamaluddin, Pangeran Nuku dari Tidore.

Perlawanan rakyat yang dipimpin Kakiali dan Kapten Hitu merupakan perlawanan terbesar karena kedudukan VOC sempat terancam di Maluku. Akhirnya gubernur Jendral Van Diemen dari Batavia datang ke Maluku. Kedatanganya disambut dengan perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin Sultan Jamaluddin dari kesultanan Tidore. Namun pada tahun 1799 Sultan Jamaluddin ditangkap VOC dan dibuang ke Srilangka. Penggantinya adalah Patra Alam yang menjalin hubungan dengan VOC. Hal ini membuat marah rakyat Tidore dan mengangkat pangeran Nuku (Putra Jamaluddin) sebagai Sultan Tidore. Pangeran Nuku berhasil mengadu domba antara VOC dan Inggris,namun karena Pangeran Nuku wafat tahun 1805, Belanda berhasil menguasai Tidore.

Dipimpin oleh Siadi,lalu ditaklukan Belanda

- Sultan Ternate dan Tidore dipaksa mengadakan perjanjian

- Sultan Ternate dan Tidore menjadi pegawai Belanda dengan gaji 12.000 ringgit

- Rakyat Maluku tidak boleh menananm cengkih dan pala

1) Puncak kejayaan dibawah Sultan Agung
 
2 Perluasan ke Barat terhalang kekuasaan Belanda di Batavia
 
3) Mataram menyerang Belanda melalui darat dan laut tetapi gagal
 
4) Pasukan dibawah Tumenggung Baurekso membuat benteng dari bambu Marunda, Cilincing.
 
5) Tumenggung Suro Agul-Agul,Kiai Dipati Madingo,Kiai Dipati Upasonto datang membantu.
 
6)  Untuk mengalahkan VOC,tentara Mataram membendung kali Ciliwung. Wabah penyakit berjangkit di benteng VOC. Tapi tentara Mataram juga terkena akibatnya sehingga kekurangan makan dan terkena malaria.
 
7)  Dalam serangan ke dua Mataram menyiapkan logistik. Menempatkan lumbung di Tegal dan Cirebon. Belanda mengetahui lalu membakar lumbung itu.
 
8)   Akhirnya Benteng Hollandia berhasil direbut,tapi serangan ke Bommelin gagal. 
 
9)   Dalam pengepungan kota Mataram,J.P.Coen meninggal karena kolera.
 
10)  Mataram gagal merebut Batavia karena kurang logistik.
 
11)  Amangkurat I dan II adalah Sulata Mataram yang mengijinkan Belanda berdagang di semua bandar Mataram. Bandar Semarang dan Priangan diberikan pada Belanda.
 
12) Timbul pemberontakan Trunojoyo. Trunojoyo hampir menguasai seluruh Jawa Tengah dan
         Jawa Timur dengan bantuan orang-orang Makasar setelah Perjanjian Bongaya (1667).
 
13) Dengan campur tangan Belanda, Trunojoyo berhasil dikalahkan di Selangkung, Kediri.
 
14)  Amangkurat II dibunuh.
 
15)  Pemberontakan Untung Suropati berawal di Jabar. Membunuh Kapten Tach.
 
16) Amangkurat III dan Sunan Mas tidak diakui kekuasaannya oleh Belanda karena bergabung dengan Untung Suropati.
 
17) Belanda mengangkat Pangeran Puger jadi Raja Mataram.
 
18) Untung Suropati kalah,wafat di Bangil.
 
19) Sunan Mas kalah dan dibuang ke Srilanka.
 
20) Ketika Pakubuwono III memerintah terjadi pembunuhan massal di Batavia terhadap orang- orang Cina. Orang Cina membalas dengan membunuh orang Eropa.
 
21) Dalam keadaan kacau Pakubuwowno III membantu Cina emnyerang benteng Belanda diKartasura.
 
22) Karena takut serangan balasan,Pakubuwono III kembali memihak Belanda. Pantai Jawa Tengah dan Jawa Timur diserahkan. Ibu kota Mataram dipindahkan ke Surakarta.
 
23) Mas Said (kemenakan Pakubuwono II) dan Mangkubumi (saudara Sultan) menyerang Belanda.
 
24) Sebelum menginggal Pakubuwono II menitipkan Mataram pada Belanda. Pakubuwono III raja yang takluk.
25)  Perlawanan Mangkubumi berakhir dengan perjanjian Giyanti 1755.
       Isi : Mataram sebelah Timur : Pakubuwono III, ibu kota Surakarta Mataran sebelah Barat : Mangkubumi, ibu kota Yogyakarta
 
26) Akhirnya Mas Said berdamai dengan Belanda. Diadakan perjanjian Salatiga(1757). Mas Said , Mangkunegaran I memperoleh  sebagian daerah Surakarta yang direbut dari Mangkunegaran.
 
27)  Mataram yang dibangun Sultan Agung akhirnya terpecah-pecah.
 

Kemenangannya dengan Sultan Hasanuddin pada tahun 1667, membawa tekad yang lebih besar bagi Belanda untuk menundukkan Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Strategi ini ditempuh, pertama, karena Banten adalah kekuasaan pemerintah Islam yang paling dekat dengan Batavia, dan senantiasa bisa mengancam keamanan dan ketenteraman Belanda di pusat pemerintahannya di Batavia. Kedua, Belanda telah mengadakan perjanjian damai dengan pemerintahan Mataram di bawah pimpinan Sultan Amangkurat I, putera Sultan Agung.

Sebelum konfrontasi bersenjata antara Belanda dengan Banten dibicarakan, sebaiknya diketahui tentang kondisi pemerintahan Islam di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Ia naik tahta kesultanan Banten pada tahun 1651, menggantikan ayahnya Sultan Abul Fath. Sejak kepemimpinannya, Banten telah naik kembali harkat dan martabatnya, sehingga kehidupan ekonomi berjalan sangat baik, pelabuhan Banten ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang darl Pilipina, Jepang, Cina, India, Persia dan Arab. Islamisasi berjalan dengan sangat mantap, berkat kehadiran seorang ulama besar dari Makasar yang bernama Syeikh Yusuf. Perannya yang besar, dalam peningkatan Islamisasi di Banten; menyebabkan ia diambil menjadi menantu oleh Sultan.

Setelah sepuluh tahun memerintah dengan sukses, Sultan mencoba menyiapkan penggantinya yaitu puteranya Pangeran Ratu untuk memegang kekuasaan di dalam negeri.

Untuk meningkatkan komunikasi dengan dunia Islam, Sultan pada tahun 1674 telah mengutus puteranya Pangeran Ratu atau dengan sebutan Sultan Abu Nashr Abdul Qahhar untuk melawat ke dunia Islam dan sekaligus naik Haji ke Mekah. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih dua tahun.

Sekembalinya dari perlawatannya, ia diberikan kembali jabatan sebagai Sultan Muda, yang memerintah dalam negeri Banten, dengan sebutan Sultan Haji. Pergaulannya dengan para pejabat dan pengusaha Belanda yang mempunyai loji di Banten mempengaruhi pandangan hidupnya. Apalagi setelah di ketahui bahwa adiknya pangeran Purbaya, yang mempunyai watak dan akhlaq menyerupai ayahnya dan lebih disenangi oleh para bangsawan Banten, menumbuhkan rasa kecurigaan, jika pengganti ayahnya itu akan beralih kepada adiknya. Perasaan kecurigaan dan ambisinya yang cepat menjadi sultan penuh, mendapat tanggapan positif oleh Belanda, yang sehari-harinya banyak bergaul dengan Sultan Haji. Persekutuan atau lebih tepat persekongkolan antara Sultan Haji dengan Belanda untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Purbaya berjalan dengan rapi.

Peristiwa perompakan atau pembajakan kapal milik Banten yang pulang dari Jawa Timur oleh kapal-kapal Belanda, menimbulkam amarah Sultan Ageng Tirtayasa, sehingga ia menyatakan perang kepada Belanda. Kebijaksanaan ini ditentang keras oleh anaknya Sultan Haji. Bahkan atas bantuan Belanda pada tanggal 1 Maret 1680, Sultan Haji menurunkan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa dari kesultanan dan mengangkat dirinya menjadi Sultan Banten.

Tindakan pemecatan Sultan Ageng Tirtayasa menimbulkan reaksi besar dari para bangsawan Banten di bawah pimpinan Pangeran Purbaya dan para ulama dan rakyat di bawah pimpinan Syeikh Yusuf. Secara spontan rakyat Banten tidak mengakui kepemimpinan Sultan Haji di Banten. Dan sebaliknya mereka berkumpul dihadapan Sultan Ageng Tirtayasa untuk menyatakan kesetiaannya dan bersedia berperang untuk menurunkan Sultan Haji dan Belanda-Kristen yang menjadi biang keladinya.

Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa telah berhasil menguasai seluruh Banten, kecuali istana Sultan Haji yang dikelilingi oleh benteng pertahanan yang kuat. Dalam situasi seperti itu, sesuai dengan persekongkolannya dengan Belanda, Sultan Haji meminta bantuan pasukan Belanda, yang berpangkalan tidak jauh dari pantai Banten. Dengan seketika itu pula armada pasukan Beianda-Kristen di bawah pimpinan Laksamana De Saint Martin pada tanggal 8 Maret 1680 mendarat di Banten. Untuk memperkuat pasukannya, Belanda mengirimkan lagi satu armadanya di bawah pimpinan Laksamana Tak.

Pada tanggal 7 April 1680 pagi-pagi buta pasukan Sultan Ageng di bawah pimpinannya langsung, didampingi oleh anaknya pangeran Purbaya dan menantunya Syeikh Yusuf melakukan serangan umum yang mematikan, terhadap kehidupan Sultan Haji dan pasukan Belanda. Dalam keadaan yang sangat kritis, Laksamana Saint Martin dan Tak menyodorkan 'surat perjanjian' kepada Sultan Haji untuk ditanda-tangani, jika bantuan pasukan Belanda diperlukan oleh Sultan. Untuk mempertahankan hidupnya dan kekuasaannya, Sultan Haji menanda-tangani surat perjanjian yang sangat merugikan itu untuk selama-lamanya.

Setelah perjanjian selesai ditanda-tangani, mulailah pertempuran dahsyat antara pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dengan pasukan Belanda meledak. Meriam-meriam besar milik pasukan Belanda-Kristen dimuntahkan sebanyak-banyaknya ke tengah-tengah pasukan Sultan Ageng Tirtayasa, sehingga menimbulkan korban yang banyak sekali, gugur menjadi syuhada. Kekuatan senjata yang sangat tidak seimbang, mengakibatkan pasukan Sultan Ageng mengalami kekalahan besar dan akhirnya ia, bersama pasukannya mengundurkan diri ke istananya di Tirtayasa dekat Pontang.

Tetapi tidak lama kemudian pasukan Belanda mengejarnya dan mengepung kota tersebut. Atas perintah Sultan Ageng, istana di bumi hanguskan, dan ia bersama Pangeran Purbaya dan Syeikh Yusuf serta pasukannya mengundurkan diri ke pedalaman dan membuat markasnya di Lebak (Rangkasbitung). Dari sini Sultan Ageng melancarkan pertempurannya dengan Belanda selama hampir setahun. Tetapi kemudian dalam pertempuran itu kerugian senantiasa diderita oleh pasukan sultan, bahkan Syeikh Yusuf sendiri tertangkap.

Karena sudah tidak ada lagi kekuatan untuk melanjutkan peperangan, akhirnya pada bulan Maret 1683, Sultan Ageng Tirtayasa menyerah dan ia ditawan oleh Belanda di Batavia sampai wafatnya pada tahun 1695. Syeikh Yusuf yang ditangkap oleh Belanda dibuang mula-mula ke Sailan (Ceylon), kemudian ke Afrika Selatan dan di sana ia wafat, sedangkan Pangeran Purbaya meneruskan perjuangannya dengan bergerilya di daerah Periangan, tetapi akhirnya juga menyerah.

Selanjutnya, isi perjanjian antara Belanda dengan Sultan Haji, yang ditanda-tangani pada saat-saat genting itu berisi antara lain:

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar.

Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.[1]

Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.

Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.

 

Sebagai seorang sultan di Kerajaan Tidore, Sultan Nuku berusaha untuk meringankan beban rakyat dari penindasan pihak Kolonial Belanda. Dalam usaha mengusir Belanda, Sultan Nuku berhasil membina angkatan perang dengan inti kekuatannya adalah armada terdiri 200 buah kapal perang dan 6000 orang pasukan. Perjuangan ditempuh oleh Sultan Nuku melalui kekuatan senjata maupun politik diplomasi. Siasat adu domba yang dilakukan Sultan Nuku terhadap Inggris dan Belanda membuat Sultan Nuku dapat membebaskan kota Soa Siu dari kekuasaan Belanda (20 Juni 1801). Selanjutnya Maluku Utara berhasil dipersatukan di bawah kekuasaan Sultan Nuku (Tidore).

Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (lebih dikenal dengan sebutan Kapitan Pattimura) diawali dengan penyebaran terhadap benteng Belanda yang bernama benteng Duurstede di Saparua. Dengan kegigihan rakyat Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura, akhirnya benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku.
Pada tanggal 16 Desember 1817 Kapitan Pattimura dan kawan seperjuangannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan. Mereka gugur sebagai pahlawan rakyat yang tertindas oleh penjajah. Dalam perlawanan ini dikenal pula seorang tokoh wanita Martha Christina Tiahahu.

Pada mulanya gerakan Padri adalah suatu gerakan untuk memurnikan ajaran agama Islam di wilayah Sumatera Barat. Haji Miskin sebagai pelopor dari gerakan ini berusaha untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat wilayah itu. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Tuanku Mesiangan, Tuanku Nan Renceh, Datuk Bandaharo. Malin Basa (yang kemudian dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol). Namun gerakan padri itu mendapat tantangan dari tokoh-tokoh Kaum Adat.
Tidak ketinggalan seorang Pejuang wanita yang bernama Rahmah El Yunusiah ikut berjuang.

Penyebab Perang Paderi adalah perselisihan antara Kaum Padri (alim ulama) dengan Kaum Adat (orang adat) yang mempermasalahkan soal agama Islam, ajaran-ajaran agama, mabuk-mabukan, judi, maternalisme dan paternalisme. Saat inilah Belanda masuk dan mencoba mengambil kesempatan. Namun pada akhirnya Belanda harus melawan baik kaum adat dan kaum paderi, yang belakangan bersatu. Perang Paderi berlangsung dalam dua babak: babak I antara 1821-1825, dan babak II.

Perang Padri merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.

Latar belakang perang antara kaum adat dan kaum padri adalah :

  • Keinginan kaum padri meluruskan ajaran islam di masyarakat
  • Adanya adat-istiadat yang bertentangan dengan syariat islam
  • Perkembangan adat matrilineal tidak sesuai dengan ajaran islam
  • Perebutan pengaruh antara kaum adat dan golongan agama.

Perang Padri ini terjadi pada kawasan Kerajaan Pagaruyung antara tahun 1803 hingga 1838[1]. Peperangan ini dimulai dengan munculnya gerakan Kaum Padri (Kaum Ulama) dalam menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di kalangan masyarakat yang ada dalam kawasan Kerajaan Pagaruyung sekitarnya, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam[2].

Kemudian gejolak ini memicu perpecahan antara Kaum Padri yang dipimpin oleh Harimau nan Salapan dengan Kaum Adat dibawah pimpinan Raja Pagaruyung waktu itu Sultan Muning Alamsyah. Dan kemudian meluas dengan melibatkan Belanda.

Harimau nan Salapan (Harimau yang Delapan), merupakan sebutan untuk pimpinan beberapa perguruan yang tersebar di Nagari yang ada dalam Kerajaan Pagaruyung masa itu, yang kemudian menjadi pemimpin dari Kaum Padri.

Tuanku Imam Bonjol yang bernama asli Muhammad Shahab muncul sebagai pemimpin dalam Perang Padri setelah sebelumnya ditunjuk oleh Tuanku nan Renceh sebagai Imam di Bonjol. Dan kemudian juga ditunjuk sebagai Panglima Perang Padri setelah Tuanku nan Renceh meninggal dunia.

  1. Perang banjar

Perang Banjar (1859-1905) adalah perang perlawanan terhadap kolonial Belanda yang terjadi di Kesultanan Banjar yang meliputi wilayah propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Sebab umum :

  • Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
  • Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kesultanan.
  • Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini ditemukan pertambangan batubara.

Sebab Khusus:
Karena Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan Banjar tidak disetujui oleh Belanda yang kemudian menganggap Tamjidullah sebagai sultan yang sebenarnya tidak berhak menjadi sultan. Kemudian setelah Belanda mencopot Tamjidullah dari kursi sultan, Belanda membubarkan Kesultanan Banjar.

Strategi Perang

Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan.

Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Termasuk di daerah sungai Barito.

Akhir perang

Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat, perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20.

Akibat perang

  • Bidang politik.
  1. Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
  2. Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
  • Bidang ekonomi

Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.

Perang Diponegoro (Inggris:The Java War, Belanda: De Java Oorlog), adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock[1] melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan korban yang tidak sedikit. Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.

Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa.

1825-1830

Lokasi

Jawa

Hasil

Pangeran Diponegoro dibuang ke Magelang;

Pemberontakan terhenti akibat pembuangan

Casus belli

Belanda membangun jalan melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro

Pihak yang terlibat

100.000 Jumlah korban Serdadu Eropa:
~8.000
Serdadu pribumi:
7.000 Milisi dan sipil:
+200.000

Setelah kekalahannya dalam Peperangan era Napoleon di Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.

Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Belanda mulai berusaha menguasai kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, salah satu di antaranya adalah Kerajaan Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku Buwono V yang baru berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasa. Akan tetapi pada prakteknya, pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh Patih Danuredjo, seseorang yang mudah dipengaruhi dan tunduk kepada Belanda. Belanda dianggap mengangkat seseorang yang tidak sesuai dengan pilihan/adat keraton.

Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut.

Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak, pada 20 Juli 1825 mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda —yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro— membakar habis kediaman Pangeran.

Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan beliau. Sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.

Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung 5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalam semangat "Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati"; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontak

Jalannya perang

Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan artileri —yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal— di kedua belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur Iogistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus sementara peperangan berkencamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun stategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi.

Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai "senjata" tak terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha usaha untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan "musuh yang tak tampak" melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengkonsolidasikan pasukan dan menyebarkan mata-mata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut, memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin perjuangan rakyat yang berjuang dibawah komando pangeran Diponegoro. Namun pejuang pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda.

Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu dimana suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metoda perang gerilya (geurilia warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan. ini bukan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan. perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) dimana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.

Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Diponegoro dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri Sultan HB IX memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus Silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.

Perang Diponegoro dan Perang Padri

Di sisi lain, sebenarnya Belanda sedang menghadapi Perang Padri di Sumatera Barat. Penyebab Perang Paderi adalah perselisihan antara Kaum Padri (alim ulama) dengan Kaum Adat (orang adat) yang mempermasalahkan soal agama Islam, ajaran-ajaran agama, mabuk-mabukan, judi, maternalisme dan paternalisme. Saat inilah Belanda masuk dan mencoba mengambil kesempatan. Namun pada akhirnya Belanda harus melawan baik kaum adat dan kaum paderi, yang belakangan bersatu. Perang Paderi berlangsung dalam dua babak: babak I antara 1821-1825, dan babak II.

Untuk menghadapi Perang Diponegoro, Belanda terpaksa menarik pasukan yang dipakai perang di Sumatera Barat untuk menghadapi Pangeran Diponegoro yang bergerilya dengan gigih. Sebuah gencatan senjata disepakati pada tahun 1825, dan sebagian besar pasukan dari Sumatera Barat dialihkan ke Jawa. Namun, setelah Perang Diponegoro berakhir (1830), kertas perjanjian gencatan senjata itu disobek, dan terjadilah Perang Padri babak kedua. Pada tahun 1837 pemimpin Perang Paderi, Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah. Berakhirlah Perang Padri.

Kerajaan-kerajaan di Bali mempunyai hukum tradisional yaitu Hukum Tawan Karang artinya hukum yang menyatakan setiap kapal yang terdampar dipantai-pantai Bali menjadi hak kerajaan. Namun Belanda tidak mengakui peraturan tersebut.

Sebab-sebab perlawanan rakyat Bali terhadap Balanda antara lain :

Perlawanan rakyat Bali diawali pada tahun 1849 ketika Belanda berusaha menguasai Kerajaan Belerang. Rakyat Belerang yang di pimpin Patih Jelantik berusaha mempertahankan perang secara besar-besaran yang di beri nama perang puputan.

Perang Aceh Pertama (1873-1874) dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler. Köhler dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, dimana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873.

Perang Aceh disebabkan karena:

  • Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari Perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda, berada di bawah kekuasaan Aceh.
  • Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun 1824. Isi perjanjian London adalah Belanda dan Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
  • Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung Britania.
  • Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps. Menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan.
  • Ditandatanganinya Perjanjian London 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Britania memberikan keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guyana Barat kepada Britania.
  • Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki Usmani pada tahun 1871.
  • Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tentang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.

Siasat Snouck Hurgronje

Untuk mengalahkan pertahanan dan perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat Aceh (De Acehers). Dalam buku itu disebutkan strategi bagaimana untuk menaklukkan Aceh.

Usulan strategi Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz adalah, supaya golongan Keumala (yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala) dengan pengikutnya dikesampingkan dahulu. Tetap menyerang terus dan menghantam terus kaum ulama. Jangan mau berunding dengan pimpinan-pimpinan gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya. Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar, masjid, memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh.

Ternyata siasat Dr Snouck Hurgronje diterima oleh Van Heutz yang menjadi Gubernur militer dan sipil di Aceh (1898-1904). Kemudian Dr Snouck Hurgronje diangkat sebagai penasehatnya.

Taktik perang

Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan maréchaussée yang dipimpin oleh Hans Christoffel dengan pasukan Colone Macan yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.

Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali, Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata dan menyerah ke Lhokseumawe pada Desember 1903. Setelah Panglima Polim menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polim.

Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni 1904) dimana 2.922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan.

Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke Sumedang.

Daftar Isi

http://hasheem.wordpress.com/2010/02/24/perlawanan-bangsa-indonesia-menentang-dominasi-asing/

http://endless722.wordpress.com/2010/02/18/perlawanan-bangsa-indonesia-menentang-dominasi-asing/

http://books.google.co.id/books?id=0jBIpIOpgnwC&pg=PA93&lpg=PA93&dq=perlawanan-bangsa-indonesia-menentang-dominasi-asing&source=bl&ots=4hiWTYyYgG&sig=KO0GtWJSuEz69lmWrN8zugiA0PI&hl=id&ei=4_U2TajtH4PGcKy01Z8C&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CBsQ6AEwAQ#v=onepage&q&f=false

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Aceh

http://id.wikipedia.org/wiki./Perang Bali

http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Hasanuddin

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Aceh

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padri

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Banjar




sLamaD mCarie ... :)

ChAsBuLLaH mEmAnG KeRen?!!!

Qw sekarang d tambakberas...ya,sekolah d sana tidak kalah menarik dengan sekolah-sekolah yang laen? 1 angkatan ja?...500san?.. d Bahrul Ulum d 33 pondok ,pondok ku insya allah nomor 24, smw banyak yang nyebut kl pondok qw 2?...berbasis asrama?...padahal...!ya..agak sedikin "BEBAS" cih?but,jangan di liat dari luarnya?...dari dalamnya?..ohhhhh KEREN!!
Qw bangga dengan PPT CHASBULLAH